BANJIRNYA KOTA JAKARTA............<<<
Beberapa hari ini kota Jakarta dilanda banjir besar. Sudut perkotaan maupun desa serta ruas jalan tergenang air hingga aktifitas sebagian manusia lumpuh total. Kisah memilukan Ibukota, mulai populer kembali setelah tahun 1995 sudah tidak mengalami genangan air bah Citarum...Lalu apakah semua ini tidak ada sebab musababnya? tentunya segala yang terjadi atas kehendak Allah SWT, maka tiada mungkin Allah, menenggelamkan salah satu daerah bila tanpa sebab musabab?
Secara kontemplasi bersama salah satu Ki Buyut Jakarta,,pangeran Jaya Lelana,,,bahwa tenggelamnya kota Jakarta, bermula dari perjalanan manusia dimalam tahun Tahu 2013. Dari kisah inilah Allah murka dan menenggelamkan beberapa daerah di Jabodetabek.....lalu bagimana solusinya? Secara makna harfiyyah,,,apapun yang dikelola oleh manusia, baik itu terdiri dari satu golongan maupun secara pribadi,,,apabila kitajauh dari makna Tauhid, niscaya imbasnya kita akan mudah meakukan hal-hal yang kurang disenangi Allah SWT. Bila kita sudah terbiasa dengan sifat haram dan lainnya,,maka kita juga akan terbiasa melakukan sifat bathil yang lebih jauh dari etika sebelumnya,,,disinilah ke umuman kota besar dengan penduduk mayoritas 4jt jiwa,,,lebih banyak memilih Munkar,daripada sifat terpuji...
Bagaimana solusi untuk mengatasinya. Inilah jawaban yang saling mengait satu dentan lainnya.
-Antara pemimpin dengan pemimpin lain, wajib saling menyatukan diri untuk turun bersama dan membantu secara materi dilapangan (masyarakat)
-Para habaib dan Ulama, saling bersatu dan berjabat tangan, serta menjauhi segala uang sumbangan dari anak buahnya (santri) serta mencontohkan uang pribadinya buat kemakmuran masyarakat sekitar. Sebab Ulama bagian dari contoh baik, bukan sebaliknya,
-Para Orang tua, wajib menjaga putra dan putrinya untuk saling menghormati dan membela hak -hak keluarga secara turun temurun, bukan malah menjauhi orang tua yang lagi mengalami kesengsaraan hidup?
-Masyarakat luas tidak saling menyalahkan oktum tertentu, tapi intropeksi diri bahwa semuanya punya salah dihadapan Allah.
-Masjid dan tempat ibadah lainnya, wajib dilestarikan, bukan sekedar ajang ngobrol....
Beberapa hari ini kota Jakarta dilanda banjir besar. Sudut perkotaan maupun desa serta ruas jalan tergenang air hingga aktifitas sebagian manusia lumpuh total. Kisah memilukan Ibukota, mulai populer kembali setelah tahun 1995 sudah tidak mengalami genangan air bah Citarum...Lalu apakah semua ini tidak ada sebab musababnya? tentunya segala yang terjadi atas kehendak Allah SWT, maka tiada mungkin Allah, menenggelamkan salah satu daerah bila tanpa sebab musabab?
Secara kontemplasi bersama salah satu Ki Buyut Jakarta,,pangeran Jaya Lelana,,,bahwa tenggelamnya kota Jakarta, bermula dari perjalanan manusia dimalam tahun Tahu 2013. Dari kisah inilah Allah murka dan menenggelamkan beberapa daerah di Jabodetabek.....lalu bagimana solusinya? Secara makna harfiyyah,,,apapun yang dikelola oleh manusia, baik itu terdiri dari satu golongan maupun secara pribadi,,,apabila kitajauh dari makna Tauhid, niscaya imbasnya kita akan mudah meakukan hal-hal yang kurang disenangi Allah SWT. Bila kita sudah terbiasa dengan sifat haram dan lainnya,,maka kita juga akan terbiasa melakukan sifat bathil yang lebih jauh dari etika sebelumnya,,,disinilah ke umuman kota besar dengan penduduk mayoritas 4jt jiwa,,,lebih banyak memilih Munkar,daripada sifat terpuji...
Bagaimana solusi untuk mengatasinya. Inilah jawaban yang saling mengait satu dentan lainnya.
-Antara pemimpin dengan pemimpin lain, wajib saling menyatukan diri untuk turun bersama dan membantu secara materi dilapangan (masyarakat)
-Para habaib dan Ulama, saling bersatu dan berjabat tangan, serta menjauhi segala uang sumbangan dari anak buahnya (santri) serta mencontohkan uang pribadinya buat kemakmuran masyarakat sekitar. Sebab Ulama bagian dari contoh baik, bukan sebaliknya,
-Para Orang tua, wajib menjaga putra dan putrinya untuk saling menghormati dan membela hak -hak keluarga secara turun temurun, bukan malah menjauhi orang tua yang lagi mengalami kesengsaraan hidup?
-Masyarakat luas tidak saling menyalahkan oktum tertentu, tapi intropeksi diri bahwa semuanya punya salah dihadapan Allah.
-Masjid dan tempat ibadah lainnya, wajib dilestarikan, bukan sekedar ajang ngobrol....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar