Dalam mengenal derajat, Habib Munzir dan Habib Aly Al Jufry, sangat paham betul. Namun tentunya semua orang tidak sama dalam keluasan akliyyah secara hukum Bathin. Pada suatu hari keduanya pergi ke Papua untuk bersyiar Islam di sana. Seperti pada umumnya kedua Habib dan santrinya disambut oleh tarian suku adat dengan pakaian laki dan wanita penuh aurat (terbuka) Disini Habib Munzir, kaget dan langsung menepis agak jauh bersama gerombolan santri sedangkan Habib Aly Al Jufry, ikut serta menari dalam sambutan suku papua.
Mengapa Habib Munzir agak menjauh saat itu? Tiada lain karena beliau sangat paham betul akan kemaksiatan dan sifat agama yang tidak boleh disertai dengan Kebathilan (aurat)
Dan mengapa Habib Aly Al Jufry, malah bergabung menari dengan mereka penuh canda tawa? Sesungguhnya habib Aly Al Jufry, sangat paham betul akan hakikatnya ilmu sehingga beliau ikut serta berbaur dengan para suku adat. Semua ini Habib Aly Al Jufry, lakuakan supaya tiidak menyinggung perasaan mereka para suku adat yang terbelakang dari sifat agama dan pemahaman hukum-hukum bangsa Ubudiyyah.
Setelah kejadian ini seluruh bangsa Waliyulloh sedunia geger dengan keagungan sifat Aly Al Jufry, yang penuh dengan Syafaqoh (kelembutan) dan mampu mengimbangi sifat adatul wilayah bangsa tak paham hukum sehingga Assyiekh Abdulloh bin Muhammad Faqih Al Muhaddist, menobatkan kepada Syeikh Habib Aly Al Jufry, bagian dari Auliya kamil Mukammil.
Bahkan Syiekh Syareatul Khotam (Wali tertinggi secara bathin, atau maqom Qurbah) menghadiahkan derajat kepada Habib Aly Al Jufry, atas keluasan akalnya dalam bersyiar Islam. "Sesungguhnya menghormati peranana manusia dan tempat, lebih afdhol 1000x lipat, dari agama Islam. Sebab menghormati bagian dari sifat orang-orang beriman. Seperti Rosululloh SAW, beliau sangat sedikit sekali yang masuk Islam dengan cara khotbahnya (mengajak) tapi beliau sangat besar sekali menarik kaum Jahiliyyah, dengan kelembutan sifatnya, sehingga Rosululloh, sangat terkenal tidak pernah mencibir segala sifat adat, tempat, peranan manusia, dan lainnya. Rosululloh akan selalu bergabung dengan suku manapun tanpa memandang lain kepada mereka"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar