Apakah manusia bisa dekat dengan bangsa ghaibiyyah? Inilah pertanyaan yang banyak di bicarakan kalayak Spiritualis pemula. Dalam kitab Al Hikmah banyak di jelaskan seputar kedekatan manusia dengan bangsa ghaib. Hal semacam ini bukan tidak bisa terjadi terhadap manusai awam, karena faktor perbedaan alam, tapi mungkin mereka masih banyak kekuarangannya dalam sifat Buthunu Buthun sehingga hijab antara manusia dengan bangsa ghaib tidak sampai terbuka.
Bila kita mau berusaha dan punya guru pembimbing, niscaya kedekatan kita bisa di buktikan dengan mata telanjang, hanya saja dalam pembelajarannya butuh waktu yang cukup lama. Sebab mengenal dunia gaib mempunyai tingkatan secara ilmu bangsa bathin, diantarannya:
-Memahami makna hubungan dengan mereka
-Merasakan sifat persamaan bahwa semua mahkluk ciptaan Allah (tiada perbedaan)
-Menguasai sifat asma penghubung.
Dari ke tiga sifat diatas bagian dari kewajiban para spiritualis pemula. Sedangkan yang paling berat untuk kita adalah menjaga hati dan pikiran, seperti:
-Bahwa apapun bentuk ibadah hanya dipasrahkan kepada Allah, walau tujuannya buat bangsa tak kasat mata. Cukup pemanggilan kepada mereka dengan cara bertawassul menyebut satu persatu yang bakal di undang tanpa pikiran jalan, apalagi sampai hati merasa takut atas kehadirannya, atau ada sedikit suara saja sudah gentar dan lain sebagainya. Cara semacam ini akan menutup hijab antara manusia dengan makhluk tak kasat mata.
-Adanya guru pembimbing yang mumpuni. Sebab kita sebagai pemula tidak bakal paham makna hubungan, baik dalam menyikapi rasa, yang meliputi, lepasnya akliyyah dan tertujunya hati. Tanpa guru pembimbing akan menjadikan kita sering berhayal dan suka manipulasi keadaan. Contoh: Suara angin dianggap mereka datang, ada bayang-bayang dianggap mereka hadir, ada suara dianggap langkah mereka, ada sinar dianggap mustika jatuh dan lain sebagainya. padahal mereka datang seperti kita, bbiasa dan umum dilihat mata. Namun karena kita tidak mempunyai guru pembimbing yang mumpuni, maka akal kitalah yang sebenarnya menutup hijab itu sendiri.
Ciri
dari kekasih Allah, mereka tidak mempunyai rasa takut dan tidak berharap di
hormati kalayak luas. Hidupnya berpegang pada prinsip dan tingkah lakunya tidak
meninggalkan makna Syiar (menjamin faqir miskin) Sesungguhnya kekasih Allah,
dalam akalnya cuma ada satu tujuan: "tiada yang bisa menyelamatkan badan
dan Ruh kita kecuali kesemangatan diri sendiri untuk terus beristikomah membangun
syiar Islam sampai nyawa penghabisan" Dan para kekasih Allah meyakini satu
hal: "Selain Allah, tidak bisa memberikan manfaat dan madhorot" Maka
mereka berjalan atas kehendak hatinya yang sangat bersih tanpa tercampur
pikiran orang lain selain Mursyidnya sendiri" (fi Maqola Imam Ibnu
Athoillah)
Khowariq
atau adatul Wilayah (kekuatan yang bersumber dari ilmu bathin) bukan
semata-mata karena ketakwaannya kepada Allah, sebab Iblis dan Setan terkutuk,
mereka bisa membuktikan hal-hal yang bersifat musykhil menjadi nyata
adanya..Sesungguhnya ilmu yang paling agung, mereka hidup atas ijin Mursyidnya
semata.
- Bila kita mampu mengobati orang sakit dan bangga atas ilmunya, maka orang tadi bagian dari pengikut Setan terkutuk.
- Apabila kita merasa paling mumpuni sehingga banyak santri yang mengikuti keilmuan kita, lalu rasa bangga menyelimuti hati kita, maka kita disebut ahli Fasik (ilmu yang tidak ada manfaatnya)
- Apabila kita sebagai ahli bathin yang menjual produk instan dan uangnya dimakan sebagai pekerjaan tetap,,walau hanya 10% saja mereka memakan keuntungan bathiniyyah, maka orang tadi akanmembawa kita menuju api neraka.
Fi Maqola Kitab Min Jami'i Karomatil Auliya' Halaman 7.
- Bila kita mampu mengobati orang sakit dan bangga atas ilmunya, maka orang tadi bagian dari pengikut Setan terkutuk.
- Apabila kita merasa paling mumpuni sehingga banyak santri yang mengikuti keilmuan kita, lalu rasa bangga menyelimuti hati kita, maka kita disebut ahli Fasik (ilmu yang tidak ada manfaatnya)
- Apabila kita sebagai ahli bathin yang menjual produk instan dan uangnya dimakan sebagai pekerjaan tetap,,walau hanya 10% saja mereka memakan keuntungan bathiniyyah, maka orang tadi akanmembawa kita menuju api neraka.
Fi Maqola Kitab Min Jami'i Karomatil Auliya' Halaman 7.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar