"Saat cinta belum terwujud, janji muluk kerap terlontar oleh mulut kotor tiada tulang. Seiya sekata, hidup mati kita bersama, sampai pada puncaknya, hayalan cinta menjadi suatu kenyataan. Namunnn......setelah kita mengarungi dengan kebebasan hukum, janji dahulu mulai terlupakan,,,tiada seirama, tiada seiya sekata, hanya kepercayaan tanpa berpegang pada janji hayalan dulu"
Perjalanan dari sebuah kehidupan mulai terpegang kembali,
diantara sudut pandang yang sama dalam suatu pengabdian ilmu dan Mursyid.
Memahami, menghayati, dan menjalankan arti Islam, Iman, Solah dan Ihsan,
sehingga kita beriringan dalam naungan husnul khotimah dunia dan akherat.
Kini.....dan setelahnya......maupun sesudahnya,,,,,,,,secara hukum hati,,,,aku
begitu menyanjung istriku yang mulai menata dan penuh pengabdian kepada suami.
Aku begitu bangga atas perjalanannya yang sangat tegar dalam menyakini suatu
pemahaman ilmu Allah, Kini aku berani berkata, jiwamu, hatimu, rasamu, sifatmu,
segala yang ada pada dirimu...aku meridhoinya secara lahir dan bathin.
Syeikh Ali Al Mursyifi, berkata:Sewaktu kita ingin
berkhidmat kepada guru, hanya satu yang wajib dijaga, yaitu keihlasan hati dan
jangan sampai terbesit sedikitpun ketidak cocokkan maupun ada tujuan lain,
seperti pengen A.B dan C. Sebab lemah dan hancurnya murid karena tidak bisa menjaga
ketasliman hati (selalu keinginannya di ijazab dengan cepat) maka rang semacam
ini tidak akan mempunyai derajat diadapan Allah.
Tatakrama Murid: -Wajid beristikomah menjalankan dzikir
pemberian gurunya hingga ajal menjemput kita. -Murid tidak boleh Tajassus
(mengoreksi segala apa yang dilakukan gurunya) baik dari sifat, ibadah, tingkah
laku, kehidupan, pandangan ilmu dan hartanya.- Murid tidak boleh masuk ketempat
kholwah (dzikir gurunya atau bekas tempat dzikirnya) atau sampai membuka tirai
kamarnya kecuali dengan ijin sang guru. - Murid tidak boleh berziarah pada guru
lain kecuali sudah kedapatan ijin sang guru. - Murid harus mendahulukan ucapan
gurunya dari pada ucapan istri/suami atau orang dekat lainnya, karena guru
Mursyid derajatnya diatas orang tua kandung sendiri. -Murid wajib khidmat padaa
tingkah laku sang guru, walau dianggapnya kurang pas bagi dirinya, semua ini
berpedoman pada hukum Allah, yang setiap manusia belum tentu bisa menakar ilmu
sang guru.- Murid wajib mengutamakan guru dari pada masalah keluarga dan
lainnya, karena sesungguhnya pekerjaan ini bagian dari khidmatnya hamba menuju
jalan Allah yang lebh cepat. Murid tidak boleh bertanya apapun seputar amalan,
masalah pribadi, dan lainnya sebelum guru itu sendiri yang menanyakan. (fimaqla
kitab Faedu Rohman)
ADAKAH
SUMBER CERITA DI ATAS ? ATAU HANYA KHAYALAN PENULISNYA ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar