Dalam kitab dijelaskan; "Sesungguhnya orang-orang besar yang wajib kamu ikuti, mereka ahli-Ku, yang Aku berikan kemuliaan sifat dan Dzat Nabi Muhammad, mereka bagian Waliyulloh yang wajib kamu taa'ti segala ucapan dan tingkah lakunnya" Secara keluasan kitab,,,,mencari mereka "Para Waliyulloh" di zaman sekarang amatlah sulit, sebab hampir 90% dari mereka adalah mastur (nutup diri) lalu bagaimana kita bisa memperoleh suatu derajat agung bila mencari Waliyulloh sebagai pijakan Mursyid saja teramat sulit?.....Rosululloh bersabda: "Kunci utama mencari ilmu adalah semangat dan cinta kepada Allah, bukan sekedar keinginan tanpa gerak maupun hanya berhayal semata, sesungguhnya bobot ibadahmu bagian dari yang di taksir oleh Allah, hingga ditemukan dengan apa yang dinamakan jalan yang lurus"
Mengenal sifat orang
besar,,mereka berjalan tanpa memakai akalnya,,tidak pernah dipikirkan, berjalan
apa adanya, dan lebih banyak bertafakkur seorang diri....Rosululloh SAW, ketika
hidupnya,,,beliau hanya bersama sahabatnya diwaktu tertentu (ibadah, Syiar,
syukuran, DLL) selain itu beliau lebih banyak di kamar bertafakkur. Juga para
Wali dan Arifin lainnya,,,,mereka hanya sekedar menghormati para
tamunya,,setelah itu lebih banyak di kamar bertafakkur..
Dalam kitab Bahrun
Bimaujin (karanganku) dijelaskan beberapa tingkatan manusia mengenal ilmu
Tauhid,,diantaranya Fil asma', Af'al, Sifat dan Dzat. Juga dalam keluasan
pemahamannya,,,ilmu Tauhid terbagi beberapa pemahaman, seperti Tauhid
Rububiyyah, tauhid Atiyyah, tauhid Asma, sifat dan Dzat. Yang dimaksud
pertanyaanmu diatas,,Rububiyyah, Uluhiyyah, dan asma fissifat ?...Rububiyyah
bagian dari pengenalan kita kepada Allah, lewat mahalun nadzrillah (mencintai
Allah dengan tingkah laku) Adapun Tauhid Uluhiyyah, mengenalnya kita kepada
Allah, lewat rasa bathin (kecintaan yang sangat mendalam) Adapun tauhid Asma'
berkholwatnya kita dengan mengucapkan asma Ilahiyyah fi qolbi dan Tauhid fi
sifat, Tafakkurnya kita atas apa yang dilihat sebagai satu Itibar
seperti,,bumi, langit, pepohonan dan lainnya,,semua itu bagian dari Af'alnya
Allah dan lainnya...
Tauhid,,bisa kita
rasakan sewaktu adanya Tajalli (lepasnya ahwal kita menuju Allah SWT) Dalam
penyaksiannya?..Dimana Tajalli ini berlangsung..maka yang bisa kita rasakan
adalah keagungan Allah semata...Hanya saja ukuran tajalli mempunyai 4
sifat...Tajalli Fi sifat. Tajalli Fil Asma', Tajalli fil Af'al dan tajalli fi
DZat,,,
pemahaman Tajalli
dibagi 3 tingkatan. 1- Lama'buda Bihakki Ilalloh (beribahnya kita kepada Allah,
hingga sampai lepasnya badan atas kecintaan-Nya) cara semacam ini disebut maqom
Syareat/awam..bisa Tajalli sewaktu-waktu,,tidak bisa setiap saat. 2- Anta'buda
bihakki Ilalloh (Geraknya badan kita akibat istikomahnya asma bathin hingga
seolah Allah, hadir dan melihat kepada kita terus menerus) perjalanan semacam
ini disebut sebagai ahli Thorekoh,,,hati dan pikirannya selalu takut, salah,
kepada Allah, hingga sangat menjaga kehati-hatian untuk berbuat yang di larang
Allah. 3- Lamasyhadu bihakki Ilalloh (Nur yang datang ke kita) Golongan ini
disebut sebagai Tajalli fi Dzat. Mereka hati dan pikirannya kosong,,yang ada
hanya kebesaran dan keagungan ilmu Allah. Sifatnya selalu terjaga, hatinya hanya
satu, ALLAH,,af'alnya satu jalan ALLAH, dan Asma'nya satu tujuan
ALLAH...Tajalli fi Dzat ini disebut juga sebagai Maqom MAHABBAH...
Dalam mencari ilmu
agama,,tidak dibenarkan badan harus bersih dulu dan lainnya..Karena Allah sudah
berfirman "Yaaa siinn" yang artinya Ya Aiyuhal Insanul Kamil..Hanya
Rosululloh yang dijaga dan hanya beliau pemegang Insanul kamil yang membawa
tiga hukum, Syareat, Thorekok dan hakikat...Adapun bersihnya dari sifat iri dan
dengki,,,itu karena kita masih memikirkan sifat duniawi..kalau kita melepasnya
dengan ahklakul karimah (terus belajar ilmu Taswwuf) niscaya perlahan penyakit
hati hilang dengan sendirinya.
ADAKAH SUMBER CERITA DI ATAS ? ATAU HANYA KHAYALAN PENULISNYA ?