http://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000009380297/kehebatan-ilmu-pancawarna-tunggaljati/1
Kala
kehancuran Majapahit telah diboyong oleh Demak Bintoro, dan peradaban
Hindu kian menyusut oleh ajaran Islam, seorang resi agung yang dahulunya
menjadi panglima kerajaan Majapahit datang menemui Resi Wanayasa Agung
Bimantara Cakra Bumi (julukan Mbah Kuwu Cakra Buana, kala itu) beliau
adalah mantan panglima besar Damar Wulan.
Setelah sembah sujud dihadapannya, Damar Wulan, langsung menghaturkan maksud dan tujuannya:
Duhhh
Rayi
terimalah hamba sebagai muridmu, sesungguhnya jeng Nabi
Muhammad SAW, telah mendatangiku untuk memohon Syafaatmu yang membawa
kebajikan dunia akherat, berilah hamba setetes ilmumu wahai putra
Siliwangi.
Lalu Mbah Kuwu Cakra Buana, menengadah wajahnya ke atas dan dilihatnya
di alamul Lauh Mahfudz, nama Damar Wulan, telah tercatat sebagai Insanul
Jannah di akhir hayatnya kelak. Maka beliaupun men-Syahid Damar Wulan,
dan diberikannya ilmu ke Marifatan berupa Pancawarna Tunggal Jati.
Selang seminggu kemudian Damar Wulan, datang kembali menemui gurunya
Mbah Kuwu Cakra Buana: Wahai Wali Allah,,,sungguh mulia sekali ilmu
Pancawarna Tunggal jati, yang kau berikan kepadaku
.. Dahulu saya
berpikiran bahwa ilmu yang ada padaku sudah kurasa cukup, namun dengan
adanya ilmu Pancawarna Tunggal Jati, semuanya tiada berarti sama sekali.
Kini aku sudah maujud dengan apa yang ku cari selama ini, semoga pulau
Jawa, akan menjadi bagianmu kelak. Lalu Damar Wulan-pun menghilang dan
tidak pernah kembali lagi.
Dikisahkan pula pada abad 14, dimana para WaliSongo, sudah menduduki
maqomnya masing-masing, salah satu dari putra Prabu Siliwangi, yang
bernama Kian Santang, malah sebaliknya bertolak belakang dengan sifat
kakaknya Prabu Walang Sungsang atau Mbah Kuwu Cakra Buana, yang terkenal
arif dan bijaksana.
Kian Santang, dengan jiwa mudanya selalu berambisi untuk menjadi orang
No-1 dalam ilmu kesaktian, beliau juga tak segan menantang siapapun yang
dianggapnya sakti, baik yang berasal dari aliran putih maupun hitam.
Bahkan dimana beliau kedapatan kabar, ada salah satu orang sakti di
suatu daerah, beliau langsung mendatanginya untuk mengadu ilmu
kesaktian.
Tak jarang para resi dan pertapa lainnya menjadi tumbal kesaktiannya
juga para jawara maupun pembunuh bayaran yang benci akan ulahnya tak
luput kena getahnya pula.
Hingga di suatu hari beliau kedapatan informasi bahwa di daerah Mekkah,
ada salah satu jawara pilih tanding yang terkenal akan kesaktiannya.
Tanpa buang waktu beliaupun langsung terbang menuju arah yang dimaksud.
Disini Allah SWT, telah menunjukkan jalan terang baginya, karena
sesungguhnya yang di cari Kian Santang, adalah Saiyidina Ali RA, Sahabat
Nabi Muhammad SAW, yang kurun dan waktunya sudah jauh berbeda.
Namun atas keagungan-Nya
Saiyidina Ali RA, diturunkan kembali ke bumi
untuk membuka hidayah baginya menuju jalan yang di ridhoi Allah SWT.
Sesampainya di tanah suci Mekkah, Kian Santang, langsung bertanya kepada
seorang kakek pembawa tongkat: Wahai kisanak,,,,taukah anda dimana
tempat tinggalnya Ali, yang katanya mempunyai ilmu kesaktian luar
biasa?
Yang ditanya diam saja dan sambil menancapkan tongkatnya ke tanah, sang
kakek tadi langsung meninggalkan Kian Santang, seorang diri.
Dalam hati Kian Santang, berkata!! Pasti orang ini tahu dimana Ali,
berada, maka di kejarlah kakek tadi: Wahai kakek jangan bikin aku
gusar,,,,tolong katakan di mana rumah Ali. Dengan nada kasar.
Wahai anak muda, memang aku tahu di mana Ali, berada, namun tolong
ambilkan tongkatku,,,aku lupa membawanya sambil sang kakek menunjuk
tongkatnya yang beliau tancapkan tadi.
Kian Santang, dengan entengnya mendatangi tongkat sang kakek, yang tak
lain adalah Saiyidina Ali RA, sendiri,,,, Beliaupun langsung
mencabutnya. Namun
.apa yang terjadi
..Jangankan tongkat itu
tercabut,,,bergerakpun juga tidak.
Berkali-kali Kian Santang, merapalkan ajian untuk bisa mencabut tongkat
itu namun semuanya sia-sia. Tahu siapa yang dihadapinya saat ini,,,,
beliaupun langsung sujud di kaki Saiyidina Ali RA.
Wahai kisanak,,,aku mengaku kalah dan ijinkan aku pulang
Dengan rasa malu Kian Santang, langsung cabut diri, beliau merapalkan
ajian terbangnya. Namun lagi-lagi ilmu yang di milikinya tak bisa
membawanya pulang. Bahkan bukanya dia langsung raib seperti biasanya,
malah sekarang dirinya seperti katak sedang berjongkok, diam dan masih
di tempat semula.
Dengan tersenyum Saiyidina Ali RA, berkata: Kisanak, bila engkau ingin
pulang, ada satu ilmu yang bisa menghantarkanmu sampai ke pulau Jawa.
Merasa dirinya ada harapan,,,, maka di turutilah ucapan sang kakek tadi
dan setelah keduanya singgah di salah satu bangunan tua, Saiyidina Ali
RA, yang sudah mengenalkan jati diri kepada Kian Santang, mulai
mengajarkan Kalimat Syahadatain dan Hakikat Bismillahirrohmanirrohiim.Selang beberapa hari kemudian Saiyidina Ali RA, menyudahi pengajarannya:
Wahai Andika, kini sudah saatnya kau pulang, carilah orang yang
tubuhnya bercahaya (Nur ke- Walian) berikanlah sorban dan batu ini
(kenanga lonjong) padanya, sesungguhnya dialah bagian dari darah putraku
Husen. Mengabdillah padanya.
Dengan menghaturkan sembah bakti, Kian Santang, langsung terbang menuju
pulau Jawa. Siang malam beliau terus mencari orang yang bakal menjadi
gurunya kelak, rasa haru dan ingin segera bertemu membuatnya haus akan
Islam semakin bertambah.
Berbulan-bulan beliau terus mencari dari satu tempat ke tempat lainnya,
namun apa yang dicarinya belum juga di ketemukan. Teringat akan
kakandanya yang sudah lebih dulu masuk islam, beliaupun langsung
mendatanginya guna minta petunjuk atas ciri dari orang yang selama ini
di carinya.
Tepatnya pada malam 10 As-Syura tahun 1421M, dimana masjid Agung Sang
Cipta Rasa Cirebon, sedang menggelar Tasyakkur Akbar, atas pergantian
tahun Islam, ditengah keramaian umat manusia, seberkas cahaya terang
benderang telah menahan kaki Kian Santang, yang akan menuju rumah
kakandanya. Ya
.Cahaya itu datangnya dari dalam masjid Agung.
Dengan hati berdebar Kian Santang, membelokkan langkahnya menuju pintu
dalam masjid, semakin dekat cahaya itu semakin menyilaukan matanya
hingga beliau tak sadar kakinya terjatuh atas banyaknya orang yang
berlalu lalang di dalam masjid.
Secara spontan Kian Santang, berkata sangat keras!!: Wahai
Nurulloh
..Wahai Waliyulloh
.Wahai Marifatulloh
Wahai orang yang
mempunyai darah Saiyidina Husen!!!! Tak ayal ucapannya ini membuat
semua orang yang hadir tertuju padanya.
Dengan keadaan masih terduduk karena terjatuh tadi, tiba-tiba Mbah Kuwu Cakra Buana, sudah berada dihadapannya.
Melihat keyakinannya yang begitu matang serta perjalanannya yang cukup
lama dalam mencari seorang guru Mursyid, Allah- pun membutakan mata
kasarnya dan menggantinya dengan hati Muthmainnah keagungan, sehingga
sewaktu melihat apa yang ada di hadapannya saat itu, beliau hanya
melihatnya Nur (cahaya ke Walian) yang begitu besar dan agung.
Kian Santang, langsung menubruknya sambil menangis hesteris: Ya Allah,
jadikanlah aku muridnya, dan jadikanlah aku dalam Syafaatnya,
sesungguhnya aku tak mampu jauh darinya, Kau sudah menemukan apa yang
aku cari selama ini, satukanlah diriku dengan guruku selama-lamanya.
Dengan perkataan Kian Santang, barusan, semua yang hadir langsung
berucap Asyhadu Anlaa Ilaha Illalloh, Wa Asyhadu Anna Muhammadan
Rosululloh!! Kalimah inilah yang biasa di pakai para Waliyulloh, dimana
ada salah satu orang yang diangkat derajatnya menjadi Waliyulloh
Adzom.
Setelah sorban dan batu Kenanga Derajat, pemberian Saiyidina Ali Ra,
diserahkan kepada kakaknya, Kian Santang, mulai mengabdi. Dan sejak itu
pula beliau tidak pernah satu kalipun memanggil Mbah Kuwu Cakra Buana,
dengan panggilan kakak, melainkan beliau memanggilnya dengan sebutan,
Syaikhun Kamil atau Syeikhina Ruhul Adzom.
Lima belas tahun Kian Santang, mengabdi kepada kakandanya, dan selama
itu pula beliau tidak pernah berani menanyakkan sesuatu apapun kecuali
gurunya sendiri yang meyuruh.
Pada suatu malam Mbah Kuwu Cakra Buana, memanggil adiknya Kian Santang:
Adikku
.kau kini boleh pergi,,,kurasa ilmumu sudah cukup, sebarkanlah
Islam, sebagaimana Rosululloh SAW, mengajarkan pada umatnya.
Bila selama kau ikut denganku ada yang musykhil atau kurang paham,
katakan saja padaku sehingga hatimu bersih dari sifat Tadbir/hayalan
Dan dengan sifat khiidmat, Kian Santang-pun bertanya secara hati-hati.
Guruku yang di hormati Allah, memang benar apa yang Syeikh, katakan
tadi, sesungguhnya selama ini ada ganjalan yang selalu membebani hatiku.
Bila Syeikh berkenan menjawab, saya hanya ingin tahu amalan atau ibadah
yang bagaimana sehingga sewaktu pertama kali ku bertemu, tubuh Syeikh
sangat bersinar terang. Dan mengapa Saiyidina Ali RA, mengatakan bahwa
Syeikh,, bagian dari darah Saiyidina Husen .
Dengan senyum mengembang, Mbah Kuwu Cakra Buana, menerangkannya:
Adikku, siapapun itu orangnya, bila kita telah diakui oleh alam
semesta, niscaya maqomatlah yang menjadi baluran bajunya, dan dimana
mereka ditempatkan, maka semuanya tunduk atas karomahnya, tak lain semua
itu berawal dari derajatku sendiri, Pancawarna Tunggal Jati.
Allah, telah menempatkan Asbabnya masing-masing, dan Allah, tidak
pernah melihat hambanya dengan ibadah lahir maupun ilmu kulit, melainkan
Allah, akan selalu melihat hambannya dengan cara ketundukkan hamba itu
sendiri sebagai Thobaqo Antobaqnya manusia terhadap Tuhannya. Sebagai
ahli Jawa, Allah, telah mengutus Malaikat Jibril AS, yang di sampaikan
kepada Nabiyulloh Hidir AS, guna menjumpaiku, dengan memberikan ilmu
Pancawarna Tunggal Jati. Ilmu ini bagian dari sastra alam semesta,
dimana ilmu ini telah menyatu, maka seluruh alam semesta tunduk dalam
genggaman tangan (Quthbul Muthlak)
Sedangkan mengapa Aku di sebut sebagai titisan darah Saiyidina Husen.
Semua tak lain, karena keturunanmu dan keturunanku bukan dari jalurnya
melainkan dari Hyang Wisnu dan Batara Brahma. Namun sejak zaman Nabi
Adam AS, hingga kini, Allah, telah menempatkanku ditengah jalan
keduanya, yaitu menikahkan putriku Pakungwati (dari keturunan Batara)
dengan Syarif Hidayatulloh (dari keturunan Islam) sehingga dengan
bersatunya kedua aliran ini tidak ada suatu perbedaanpun diantara
keduannya untuk menuju Allah SWT.
ADAKAH SUMBER CERITA DI ATAS ? ATAU HANYA KHAYALAN PENULISNYA ?
Blog ini berisi kumpulan tulisan, ajaran,snapshot dan iklan paranormal Idris Nawawi TjA Jam'ul Ijazah Cirebon yang saat ini sedang ramai dihujat di facebook.Blog ini juga berisi bantahan atas pernyataan dan tulisan Idris Nawawi TjA. MUI Cirebon Jawa Barat sudah mengeluarkan fatwa SESAT atas ajaran Idris Nawawi.
produk paranormal Idris Nawawi TjA Jam'ul Ijazah
Keterangan
Blog ini berisi kumpulan tulisan, ajaran,snapshot dan iklan paranormal Idris Nawawi TjA, pimpinan Pondok Pesantren Hafidz Qur'an Jam'ul Ijazah di Plered, Cirebon, Jawa Barat yang saat ini sedang ramai dihujat di facebook.
Sumber isi blog ini diambil dari:
1. Grup tertutup kumpulan artikel Idris Nawawi Jam'ij.
2. Grup kumpulan artikel Sutristian (copi paste).
3. Berbagai Situs dan blog.
4. Status dan komentar di facebook.
Blog ini juga berisi bantahan atas pernyataan dan tulisan Idris Nawawi TjA.
Harap dicermati, tulisan Idris Nawawi TjA yang menyangkut kutipan hadits Rasulullah saw dan hadist qudsi umumnya tidak disertai perawi yang jelas. Inilah yang mengindikasikan adanya penyimpangan dan kesesatan dalam tulisan-tulisan tersebut.MUI Cirebon Jawa Barat sudah mengeluarkan fatwa SESAT atas ajaran Idris Nawawi
Jumat, 11 April 2014
*****kehebatan ilmu pancawarna tunggaljati*****
Label:
cerita fiktif,
facebook,
fakta kebohongan paranormal idris nawawi dan husen nawawi cirebon,
masyaikh syareatul khotam,
membongkar paranormal berkedok agama dan syiar,
Paranormal Husen Nawawi Jam'ul Ijazah,
Paranormal Idris Nawawi Jam'ul Ijazah,
Paranormal Idris Nawawi TjA Jam'ul Ijazah,
Rasulullah saw