Selama
17 tahun lamanya dan selama itu aku diangkat menjadi muridnya...satu kalipun
saya tidak pernah melihat beliau melakukan kesalahan sekecil apapun,. Bahkan
saya malu atas segala tingkah lakunya yang selalu kupandang agung dan diatas
orang lain, seperti istikomah bersedekah disetiap harinya hingga ke ribuan umat
manusia, juga dalam tutur bahasa, hati dan pikirannya, selalu husnuddzon
(berpandang baik terhadap siapaun) hingga aku malu dan terus malu dibuatnya
sampai suatu malam aku disyahid secara lahir oleh Jeng Rosululloh SAW, dan
beliau mengatakan padaku "Ana dan Mursyiduna, sifatan waddzatan bi ijni
wattamkin ilalloh" Kata Rosululloh; "Saya dan gurumu, adalah satu
sifat dan satu Dzat, sampai dunia dan akherat, atas ijin Allah SWT'...Lalu
santri lain berkata; "Tadi malam Mursyidku diangkat menjadi seorang raja
di Baitul Ijza, dihaditri oleh Rosululloh dan semua Wali se Dunia, yang rata
rata ta'dzim dan bersimpuh bahwa tiada Mursyid yang lebih baik kecuali orang
yang dapat mandat dari Rosululloh secara langsung" Kini setelah aku tahu
siapa sesungguhnya Muallif Kitab Faedurrahman, maka sampai matiku, akan aku
imani hingga derajat ke Waliannya jatuh ditelapak kedua tanganku.
"Apakah
Ahlulloh atau Waliyulloh, tidak butuh materi seperti kita? sehingga mereka
menjauhinya? Bagaimana kalau mereka punya keluarga, anak dan istri? Darimana
kasbi untuk kebutuhannya?">>>> .Sesungguhnya Wali atau Ahli
Arifun, mereka sama seperti kita dalam pandangan kasbi (Bekerja) yaitu butuh
materi buat mencukupi keluarganya. Namun secara rasa,,,antara manusia umum
dengan para ahlul Arifun (Wali) jauh berbeda....Para Arifun, tidak pernah
sedikitpun terbesit sifat materi, kecuali hanya bekerja, berdagang, dan tidak
pernah terpikirkan buat A, B, maupun C, kecuali hanya satu,,,selalu minta
kepada Allah, agar uangnya berkah untuk dituangkan ke jalan ibadah, selain itu
tidak ada harapan lagi.....Intinya: "Para Waliyulloh, tidak punya
keresahan hati apalagi ketakutan atas tiadanya materi, sebab Allah, suda
menjaminya lewat ketengan hati yang teramat dalam.......TAMAT
Kalau
sudah punya maqom Syareatul Khotam,,ya bukan Wali lagi, tapi raja wali dunia..
jika
di saat hari yg bersamaan seorang guru memerintahkan kpda muridnya,lalu di hari
itu pun ibu nya memerintahkan kpda anaknya..,mana yg lbh utama di
dahulukan>>> Secara pandangan syareat..Ibu dulu....kalau Imal sudah
Taslim ke Guru,,,wajib guru dulu,,karena derajat Guru lebih utama dari ibu
kandung sendiri.,
"Mengapa
Rosululloh SAW, tidak mempunyai keturunan dari anak laki-laki,,sehingga dengan
pemaham orang Islam Liberal, tidak ada yang namanya Habaib secara Muthlak,
alasanya, karena Nabi Muhammad tidak mempunyai anak laki
laki">>>>> Dalam beberapa kitab dijelaskan, bahwasnya
Allah, tidak memberikan anak laki-laki sebagai keturunan Rosululloh, karena
Allah, sangat adil dan sayangnya kepada Rosululloh dan semua keluarganya. Jika
setelah Rosululloh ada keturunan anak laki-laki,,lalu anak tersebut mau
ditempatkan menjadi apa? sedangkan Rosululloh sendiri sudah bagian dari Nabi
Akhir..Masak putrannya akan menggantikan Nabi terakhir pula? tidak
mungkin,,,dan bila Rosululloh punya keturunan laki-laki sebagai keturunanya
kelak,,maka tidak mungkin anak seorang Rosul tidak menjadi Rosul pula.
Disinilah kelembutan Allah... Adapun Habaib (Zuriyat Rsoululloh) itu
sudah banyak di ssebut dalam beberapa kitab....Sesungguhnya keturunanku dari
Saiyyidah Fatimah, lewat Cucuku Hasan dan Husein, semuanya bagian dari
keluargaku kelak (yaumul Qiamah)"
dlm
menjamin ibu kandung wlopun ibunya sifatnya kurang baik apkah tetap hrs dijamin
juga>>>> "Bila ibumu/orang tuamu, punya kesalahan segunung
besarnya,,,mereka lebih baik dari putranya",,,
Dalam
hukum dijelaskan: "Jangan sesekali kamu memakai apapun dari benda yang
diharamkan, seperti kamu memakai perhiasan emas yang biasa dpakai oleh
perempuan. Apabila kamu masih memakainya,,maka nerakalah tempatmu kelak"
apalagi babi,,,
apkh orang yang berzina atau mencuri ketika sudah mendpt
hukuman dunia spt d rajam dan potong tangan... apkh di akhirst di ringankan
hkumany?>>>> Bila memakai hukum Qisos (seperti di arab) maka orang
itu sudah tidak punya salah lagi dihadapan Allah. kisah ini pernah terjadi atas
putra sahabat Umar Ra,,,
apakah kanjeng rasul pernah melakukanya (hukum qisos) dg
tanganya yang penuh kemulyaan itu.>>> Tidak pantas sekali Rosululloh
menghukum seseorang lewat tanganya. sama halnya tidak pantas seorang president
menembak langsung si narapidana…
ADAKAH SUMBER CERITA DI ATAS ? ATAU
HANYA KHAYALAN PENULISNYA ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar