Dalam pandangan syareat, "Orang yang bisa memahami seluruh karakter manusia lain sudah dianggap WAH, hebat, alim maupun sakti mandraguna" Disini banyak orang yang dianggap linuwih karena bisa menatap perjalanan orang lain, sifat, watak, karakter maupun keinginannya. Padahal dalam ilmu Tauhid, cara semacam itu bagian dari makanan kesehariannya. Sebab Tauhid diajarkan untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah, lewat pembelajaran ilmu bangsa Ruhaniyyah. Jadi seandainya kita berhadapan dengan orang lain, maka secara alami kita paham arah dan tujuannya. Juga dalam berucap, setiap ucapan manusia bisa diukur batasan-batasannya sehingga paham betul orang itu karakternya seperti apa. Satu contoh ada konsumen datang ke kami, dia berucapa; "Saya datang kesini pengen ihtiar untuk bisa menutup hutang-hutangku yang menumpuk banyak di luaran?" Dalam kalimat ini kita sudah bisa menebak karakternya sebab secara pandangan Tauhid,,Orang yang banyak menggerutu dan putus asa, dinamakan Kaum Nukson,,sifatnya malas bersedekah, lahiriyyahnya, hanya terkungkung di kamar sambil melamun, kerjaan tidak punya, suka berandai-andai kedapatan uang gede, mudah tersinggung dan sukanya menyendiri...Cara semacam ini pasti tepat buatnya karena jalur orang semacam itu melahirkan yang saya tulis tadi. Apakah cara semacam ini disebut terawangan? Sama sekali bukan?
"Sesungguhnya di dunia ini terjadi atas kehendak Allah, maka kembalikan sifat kita kepada-Nya sampai hilang sudah kesombongan diri atas keangkuhan sifat pribadi yang terlestari" TAMAT>>>>
ADAKAH SUMBER CERITA DI ATAS ? ATAU
HANYA KHAYALAN PENULISNYA ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar