Setiap manusia yang mempunyai GURU LAHIR,,mereka diwajibkan tahu tentang makna jati diri,,,dalam pengenalan jati diri ini,,,banyak dari sedulur kita yang akhirnya melanglang buana ke berbagai tempat Waliyulloh, bertirakat, puasa mutih, dan menjalanakan segala atribut BATHIN lainnya. Intinya mereka benar benar ingin membuka jati dirinya sendiri..Sebab secara Ilmu Thorekot,,,mengenal jadi diri bagian dari nafas dan ruhnya kita.....Lalu apa yang dimaksud JATI DIRI?????
Secara makna keseluruhan,,,,,,jati diri adalah asma'
Ilahiyyah yang setiap manusia mempunyai asma' itu..Namun seiring perjalanan
dunia yang sudah menjurus ke sifat modernisasi,,,mencari asma' jati diri
tidaklah mudah,,,,,,mereka para guru beranggapan mencari jati diri, harus
dengan puasa, tirakat dan lainnya. Dan itupun sama yang dialami oleh diriku
sendiri pada masa itu..melanglang buana hanya untuk mencari makna JATI
DIRI.........Menurut Masyikhul Adzom,,,,jati diri manusia dengan Dzat
Allah,,,terus menyatu seiring jati diri sudah ditemuklan....disini saya pribadi
bingung,,,,apa maksud dari jati diri sendiri???????
Setelah sekian lama saya mencari,,ternyata jati diri
yang dimaksudkan Masyaikh,,adalah...mencarai asma' Ilahiyyah dan
mengistiqomahkannya...karena bila asma' jati diri ini sudah terpegang dan biasa
di baca,,niscaya derajat akan mudah kita raih,,baik dalam masalah pewujudan
ilmu bathin, derajat duniawi, kerejekian, mahabbah dan lain sebbagainya...
Secara kalam,,manusia dan Allah SWT,saling bersatu
padu dalam Dzat dan asma' "Sesungguhnya Allah menciptakan manusia untuk
menjadi ahlinya di Surga/pendamping". Namun seiring maksiat dan ketidak
pahaman hamba,,,,99,9% manusia berakhir di alam neraka (Qila Assyeikh Al Alamah
Imam Sanusi Quthbiyalloh) semua ini terjadi bukan karenaa maksiat yang
dilakukan hamba, melainkan jauhnya hukum yang telah diajarkan Rosululloh dan
para Wali lainnya yang tidak pernah kita jalankan sehingga terjadi suatu
penghianatan tingkah laku kita dengan terus menerus menerjang HUKUM yang sudah
di tetapkan "Wama Kholaktul Jinna Wal Insa Illaa Liya' buduun"
Dengan perjalanan jauhnya manusia pada HAK-HAK dan
HUKUM ALLAH,,,,menjadikan Qolbu kita keras dan membangkang perintah-Nya, serta
lebih mementingkan sifat pribadi yang mengarah pada GOFLATUL IBADAH/ lupa
memperbanyak ibadah. Disini ruh kita akan rapuh dengan sendirinya dan semangat
juang kita dalam beribadah kian sirna ditengah lentera Iman yang kian redup.
Duniawi yang hanya sebentar akan mengawali kegagalan dalam menuntun hati kita
menuju Ibadah yang lebih baik......ditambah istri yang kikir dan perhitungan
dalam masalah keuangan,,akan meng hijab/ menutup makna ibadah.........Rejeki
yang datangnya dari Allah akan menjadi suatu kebanggaan dan kefakiran hati
untuk selalu zuhud.........Dari kisah ini akan terjadi sifat jauhnya hamba
dengan Dzat Robbul Ijzati,,,,,yang akan berakhir dengan sifat FANA'/ kerusakan
amal dan tanggung jawab kita dihadapan Allah kelak....
Lalu bagaimana untuk mengatasi semua ini?????? Imam
Gozali, sudah jauh juah menuliskan dalam kitabnya "Ihya Ulumuddin"
bahwa: " Sesungguhnya manusia bernaya mempunyai pertalian Dzat dengan
Allah SWT, yaitu,,menyatunya sifat asma JATI DIRI,,,,disini kita sebagai
hambanya wajib paham akan asma' jati diri kita sendiri dengan Asma/ salah satu
nama Allah, yang di sebut dengan ASMA'UL HUSNA.....hanya saja asma' Jati ini
jarang sekali di kupas oleh sebagian guru, mungkin karena ketidak mengeertinya
mereka atau ada hal lainnya...
ADAKAH SUMBER CERITA DI ATAS ? ATAU HANYA KHAYALAN PENULISNYA ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar