Dalam kisah Murid mencari Mursyid,,secara tatanan bahasa sulit dituangkan untuk bisa dicerna oleh kalangan umum. Sebab dalam pendalaman ke Tauhidan ini harus ada titik temu secara lafdhon wamaknan. Nah agar bisa dipaham oleh siapapun,,,saya akan menceritakan sedikit tentang pribadiku sendiri biar bisa dicerna, dihayati, dipahami, dimaknai, tergantung dari akalnya pembaca masing-masing. Dahulu saya mesantren di Bakakan Ciwaringin, tepatnya di Al Ma'had Roudlotul Tholibin,,,disini saya belum paham betul namanya guru pembimbing (Mursyid) setelah itu saya pindah ke Pon-pes Api Tegal Rejo Magelang, dan sesudahnya hijrah ke Ponpes Al Islah Lasem Rembang Jateng. Dari ketiga pondok ini saya cuma mengenal makna kitab dan isi kitab, tapi tidak begitu mendalami makna perjalanan ke depan untuk menuju Allah SWT... Lalu setelah keluarnya dari pon-pes, saya ikut dengan kakakku Al Haj Nawawi, memperdalam ilmu Tauhid dan Tasawwuf, dari sini saya mulai banyak memahami makna perjalanan menuju Allah SWT...Maka secara sepihak saya memutuskan untuk mencari yang namanya Mursyid..Pertama-tama yang saya datangi adalah guruku sendiri di Tegal Rejo Magelang, Gus Muhammad bin Khudhori, disitu saya mulai mengungkapkan sifat khidmatku hingga meminta kepada beliau untuk di Syahid kepada jeng Rosululloh SAW....beliau hanya bisa menggeleng bukan bagiannya. lalu aku mendatangi guruku Syeikh Hakim Allasemy, pengarang kitab Nadzom lasem,,disitu juga saya ungkapkan untuk berhidmat sampai matiku, asal minta di syahid kepada jeng Rosululloh,,,beliau malah berkata; "Seandainya di zaman sekarang ada Mursyid seperti itu, aku lebih dulu yang datang padanya" Lalu aku mendatangi Rijalulloh Abah Tsamri Pandeglang Banten,,,disitu beliau pun menyerah dan bukan bagiannya,,,lalu aku datang ke Syeikh Dimiyathi Banten, pada bulan Maulud, tepat dalam pengijazahan Thorekot Assyadiliyyah,,disitu secara pribadi saya ungkapkan untuk khidmat sampai matiku, asal Syeikh mensyahhidku ke jeng Rosululloh SAW, Syeikh Dimiyathi, hanya berkata; "Semoga di Indonesia ini ada salah satu Wali yang diamanati untuk mensyahid manusia hingga Indonesia, kembali menjadi kota Wali,,aku bukan yang engkau maksud anakku?" Lalu setelah itu aku ikut bersama Habib Nur Aly, disini aku dibimbing tentang Hakikat kepada Allah, lewat ajaran kitab Hikam, Muallif Imam Ibnu Athoillah,,,,,namun beliau juga tidak bisa dijadikan Mursyid dunia akherat buatku.... Kisah pencarianku tentang Mursyid terus berlanjut, hari-hariku terus diliputi oleh sejuta kecintaan kepada Allah,,,siang malam saat berada di rumah,,saya terus mengaji kepada kakakku dan mengabdi menjadi pesuruhnya. Pada tahun 2005 saya diambil oleh 3 orang Ulama, Kyai Farikhin Lumpur Brebes, Habib Luthfi Pekalongan, dan Habib Abdurrahman bin Ahmad Asseqoof, Tebet...Namun seiring istriku kala itu sedang hamil,,,akhirnya saya putuskan untuk tetap berdiam diri dirumah dan terus menjadi pesuruh kakakku Habib Nawawi. Ditahun yang sama, Saya kedapatan beberapa ilafat dari Nabi Hidir AS, Sunan Gunung Jati dan Syeikh Sanusi Gua Gunung Mujarrob, agar saya tetap khidmat ke kakakku tanpa mencari guru lainnya...Disini saya mulai sedikit paham siapa kakakku sebenarnya hingga saat itu saya yakinkan untuk khidmat sifatan waddzatan kepadanya dan pada tahun 2007 saya tuangkan suatu aspirasiku yang sangat dalam, mengarang sebuah kitab Tauhid kecil dengan nama Bahrun Bimaujin (Ombak dan lautan yang luas). Kitab ini menceritakan tentang perjalanan seorang salikun wazadabiyyun menuju kehadirat Allah, lewat maqomat yang diajarkan Mursyid kepadanya....
Pada
tahun 2006 dan seterusnya,,,saya mulai mengerahkan tenaga dan pikiran dalam
mencari materi lewat dagang makanan ringan ke beberapa kota jakarta, Surabaya
sampai ke Kalimantan, dan semua rejeki yang kuperoleh,,,hampir separohnya masuk
untuk membantu sang guru....Dan pada tahun 2007, saya mulai mengarungi beragam
kehidupan alam lain lewat pendalaman yang diajarkan Masyaikh hingga pada suatu
ketika Kakakku memanggilku "Apakah siap kamu di Syahid?" Inilah
tangisanku pertama kalinya tercurah..Aku mengangguk siap sedia.....Lalu beliau
mensyahidku dengan disaksikan 37 santri santrinya...Pada tahun 2008, saya juga
dipanggil kembali untuk di syahid ke dua kalinya lewat tanggung jawab Abi
Syeikh Sanusi Goa GununG Mujarrob,,hingga sampai tahun 2008 akhir,,saya
disyahid sampai 5x banyaknya dan terakhir oleh Jeng Rosululloh SAW sendiri yang
mensyahidku secara Yaqodhotan........Dalam keluasan ilmu Tauhid yang saya
pahami,,,saya ingin sekali dijadikan Murid oleh kakakku namun beliau tidak
mengindahkannya. Kisah ini akhirnya kucurahkan dalam solawat karanganku yang
berjudul...."Mencari ridhomu ya Mursyid" baru setelah 17 tahun aku
mengabdi, aku menjamin, aku menjadi pesuruhnya, aku menjadi pembawa
kitabnya,,,maka dengan disaksikan ahli istigfar, akhirnya beliau memintaku
untuk membacakan Syahadat Alam...Disinilah aku pingsan dan terus pingsan, sebab
Syahadat alam, akan terjadi dimana seorang kursyid atas ijin Rosululloh
SAW,,menyerahkan tampuk murida bagi yang dipilihnya....TAMAT....
Mencari
Mursyid, wajib merelakan Jiwa raga, harta benda, pikiran dan tenaga, serta
khidmat dan mengabdi,,,sungguh perjalanan yang tidak bisa dilalui oleh kalayak
umum...
Dalam
mengenal kecintaan kepada Allah,,,siapapun tidak akan pernah merasakan berat
apalagi sakit sewaktu menerima penindasan dari orang lain, sebab Allah, akan
meringankan seringan mungkin segala cobaan hidup bagi hamba yang sabar. Seperti
pada waktu Bilal, dihukum tindih,,,beliau selalu berucap "Allohu
Ahad/Alloh satu" pada waktu itu Allah, memperlihatkan surga padanya
sehingga dia tidak merasakan sakit kecuali ketegaran hati" Juga para
sahabat, Wali dan orang Soleh lainnya,,,sewaktu mereka kena ranjam,
penghianatan, pembunuhan dan penyiksaan yang berat,, Allah, akan memperlihatkan
padanya kenikmatan abadi yang belum pernah kamu rasakan hingga saat kamu mati
sekalipun kamu tidak akan merasakan rasa sakit dari cobaan tersebut...
ADAKAH SUMBER CERITA DI ATAS ? ATAU
HANYA KHAYALAN PENULISNYA ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar