18 April
SIFAT BERBOHONG CIRI DARI ORANG MUNAFIK
Rosululloh berkata: "Sesungguhnya ummatku kelak akan jauh dari Syafaatku, mereka yang suka berbohong dalam berucap dan orang-orang yang mengatakan berbohong kepada lainnya. kedua golongan ini sama saja dalam pandangan Allah, yaitu ahlul Munafiqun".
Secara kitab dijelaskan. Yang dimaksud berbohong secara Hadist yaitu, mereka yang kerap memanfaatkan keadaan dengan tidak sesuai kebutuhan yang diucapkannya, seperti, berdagang jeruk dengan mengatakan manis, namun kenyataannya kecut dan lain sebagainya. Atau orang-orang yang mengatakan sepihak tanpa melihat atau merasakan secara langsung dari keadaan orang yang dikatakan bohong tadi. Seperti contoh:
"Kita mendengar bahwa si A, adalah seorang pencuri. Tanpa melihat aslinya, kita langsung menelan bulat-bulat ucapan atau kabar tadi dengan mengatakan si A pencuri, maka secara pandangan Allah, orang tadi termasuk bagian dari golongan pembohong/munafik".
Adapun kitab lain mengatakan, seperti ucapan Imam Gozali..."Sesunguhnya berbohong bagian dari ahlul Kuffar, kecuali orang-orang yang paham dan takut akan azab Allah, mereka akan berlari sangat kencang dan mengindahkan sunnatulloh walau fitnah lain mengancamnya".
Secara tafsir kata-kata Imam Gozali diatas menjadi suatu perbedaan pandangan bagi para Ulama Fiqih dan tasawwuf.
Miturut pandangan ahlul Fiqih: Yang dimaksud Imam Gozali diatas adalah?. "Jangan sesekali melakukan pembohongan kepada orang lain, kecuali dalam takaran ilmu. Sebab ilmu mempunyai tingkatan yang berbeda, tergantung wadah kita sendiri yang menjalankan/keyakinan. Dan biarkan apapun yang terjadi, baik fitnah maupun lainnya, selagi kita masih bertanggung jawab secara Hukmi, maka semua itu disebut Sunnatulloh atau...semua orang akan mengalami cobaan hidup".
Adapun secara pandangan Ahlul Sufi...Yang dimaksud pembedaran dari Imam Gozali diatas yaitu?...."Lepaskan segala hal duniawi dan jalani secara hukum yang benar. Adapun mereka yang merasa dirugikan, semua itu berawal dari lemahnya keyakinan, maka satu jalan yang harus dipelihara...Ikuti segala pembelajaran hukum secara Fiqih, Tauhid dan Tasawwuf, sesungguhnya Rosululloh mengajarkan cara berdagang dengan 3 metode tadi".
Adapun secara pandangan ahlul Soleh: "Bila kita sengaja berbohong, maka sifat Kuffur bagian dari watak kita. Tapi bila kita niat benar, maka sifat Ahsan akan terus membimbing kita hingga sampai Allah menepatkannya/kunluy ya'mal syakilatih. Sesungguhnya berbohong tidaknya kita bisa dilihat secara hukum Syar'i. Dimana harta kita dimanfaatkan buat keluarga sendiri, maka sifat semacam itu bagian dari ahlul Kadzib (muanfik) namun bila harta kita lebih banyak diarahkan terhadap sifat Islami (Lainsyakartum laazidannakum) maka Allah akan menutup akalnya untuk tudak melakukan hal hal yang bersifat kadzib dan Allah akan membenamkan sifat Muthmainnah pada hatinya hingga diajuhkan dari segala perkara yang bersifat Muanfik. Sebab Dalil mengatakan...Sesungguhnya orang-orang yang menjaga akhlaknya, mereka yang mau berbagi kepada semua makhluk khususnya fakir miskin dan melestarikan makna iman dengan mensejahterahkan masyarakat luas dalam bidang ilmu".
Seperti Hadist Rosululloh: "Ciri dari ummatku yang selamat, harta bendanya lebih banyak dimanfaatkan buat prasarana peribadatan, sesungguhnya golongan ini disebut maqom Muhlis (lebih mengutamakan manfaat orang lain dari badannya sendiri):.
Rosululloh berkata: "Sesungguhnya ummatku kelak akan jauh dari Syafaatku, mereka yang suka berbohong dalam berucap dan orang-orang yang mengatakan berbohong kepada lainnya. kedua golongan ini sama saja dalam pandangan Allah, yaitu ahlul Munafiqun".
Secara kitab dijelaskan. Yang dimaksud berbohong secara Hadist yaitu, mereka yang kerap memanfaatkan keadaan dengan tidak sesuai kebutuhan yang diucapkannya, seperti, berdagang jeruk dengan mengatakan manis, namun kenyataannya kecut dan lain sebagainya. Atau orang-orang yang mengatakan sepihak tanpa melihat atau merasakan secara langsung dari keadaan orang yang dikatakan bohong tadi. Seperti contoh:
"Kita mendengar bahwa si A, adalah seorang pencuri. Tanpa melihat aslinya, kita langsung menelan bulat-bulat ucapan atau kabar tadi dengan mengatakan si A pencuri, maka secara pandangan Allah, orang tadi termasuk bagian dari golongan pembohong/munafik".
Adapun kitab lain mengatakan, seperti ucapan Imam Gozali..."Sesunguhnya berbohong bagian dari ahlul Kuffar, kecuali orang-orang yang paham dan takut akan azab Allah, mereka akan berlari sangat kencang dan mengindahkan sunnatulloh walau fitnah lain mengancamnya".
Secara tafsir kata-kata Imam Gozali diatas menjadi suatu perbedaan pandangan bagi para Ulama Fiqih dan tasawwuf.
Miturut pandangan ahlul Fiqih: Yang dimaksud Imam Gozali diatas adalah?. "Jangan sesekali melakukan pembohongan kepada orang lain, kecuali dalam takaran ilmu. Sebab ilmu mempunyai tingkatan yang berbeda, tergantung wadah kita sendiri yang menjalankan/keyakinan. Dan biarkan apapun yang terjadi, baik fitnah maupun lainnya, selagi kita masih bertanggung jawab secara Hukmi, maka semua itu disebut Sunnatulloh atau...semua orang akan mengalami cobaan hidup".
Adapun secara pandangan Ahlul Sufi...Yang dimaksud pembedaran dari Imam Gozali diatas yaitu?...."Lepaskan segala hal duniawi dan jalani secara hukum yang benar. Adapun mereka yang merasa dirugikan, semua itu berawal dari lemahnya keyakinan, maka satu jalan yang harus dipelihara...Ikuti segala pembelajaran hukum secara Fiqih, Tauhid dan Tasawwuf, sesungguhnya Rosululloh mengajarkan cara berdagang dengan 3 metode tadi".
Adapun secara pandangan ahlul Soleh: "Bila kita sengaja berbohong, maka sifat Kuffur bagian dari watak kita. Tapi bila kita niat benar, maka sifat Ahsan akan terus membimbing kita hingga sampai Allah menepatkannya/kunluy ya'mal syakilatih. Sesungguhnya berbohong tidaknya kita bisa dilihat secara hukum Syar'i. Dimana harta kita dimanfaatkan buat keluarga sendiri, maka sifat semacam itu bagian dari ahlul Kadzib (muanfik) namun bila harta kita lebih banyak diarahkan terhadap sifat Islami (Lainsyakartum laazidannakum) maka Allah akan menutup akalnya untuk tudak melakukan hal hal yang bersifat kadzib dan Allah akan membenamkan sifat Muthmainnah pada hatinya hingga diajuhkan dari segala perkara yang bersifat Muanfik. Sebab Dalil mengatakan...Sesungguhnya orang-orang yang menjaga akhlaknya, mereka yang mau berbagi kepada semua makhluk khususnya fakir miskin dan melestarikan makna iman dengan mensejahterahkan masyarakat luas dalam bidang ilmu".
Seperti Hadist Rosululloh: "Ciri dari ummatku yang selamat, harta bendanya lebih banyak dimanfaatkan buat prasarana peribadatan, sesungguhnya golongan ini disebut maqom Muhlis (lebih mengutamakan manfaat orang lain dari badannya sendiri):.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar