Artikel Penyesat Umat...
=======================================
Artikel..................Seputar Mustika/ Pusaka Agung.
Benarkah dalam tatanan mustika/ pusaka, ada perbedaan atau tingkatannya? Lalu bagaimanakah ciri atau pembuktian bahwa Mustika/ Pusaka A, itu disebut AGUNG?.......Inilah yang membuatku pusing 7 keliling. Bahkan saya pribadi selaku Spiritualis dan bagian sosok yang biasa turun ke kancah perburuan Mustika/ Pusaka kelas Wahid, masih belum paham secara detail, "Apa itu Mustika/ Pusaka Agung?"
Disini sebagai sifat awam, saya bertanya kepada Mursyidku Assyeikh Al Alamah Habib Muhammad Husen Annawawi Assyirboni, seputar keagungan wasilah berbentuk mustika maupun pusaka dan beliau menjelaskan sebagai berikut.
Setiap alam, Allah menjadikan keagungan sifat keluhuran dan Nur, dan setiap Nur, bagian dari makanan bangsa Malaikat Langit. Wujud Nur bangsa Malaikat ini terbentuk dari amal soleh bangsa Waliyulloh, ahli Soleh, maupun golongan Ma'rifat Billah bangsa bumi dan wujud dari Nur bangsa Malaikat ini menjadi satu karomah atas ijin Allah dengan diwujudkan sebagai bentuk ihtiar. Seperti ucapan Nabi Sulaiman AS, dalam menyikapi satu Mu'jizat keagungan Ilmu Allah.
"Tiada yang lebih indah dari batu Merah Delima ini walau disejajarkan dengan alam yang begitu luas"
Dari tatanan bahasa nabi Sulaiman AS, bila tidak dihayati secara Hakikiyyah akan menimbulkan satu kerancuan dan prokontra bagi kalangan awam, sebab seolah beliau lebih mendewakan batu daripada lainnya. Namun secara wujud kenabiannya, Beliau tidak memandang batu Merah yang sudah menjadi miliknya kala itu, tapi beliau lebih menghormati kesifat amanah atas kepemilikan batu merah delima tadi. Bahwa tiada mungkin segala sesuatu yang terjadi di dunia ini tanpa sepengetahuan Allah SWT. Dan tentunya Merah delima yang dimilikinya saat itu bagian dari kepercayaan Allah, kepadanya lewat wujud Nur bangsa Malaikat Langit.
Kembali kesifat pemahaman umum. Masyaikh berkata padaku sewaktu saya bertanya padanya. "Mengapa mustika atau pusaka, ada yang memakai asma' ada pula yang tidak? apakah ada perbedaannya dalam tingkatan atau maqomat disetiap mustika atai pusaka yang ada?.. Masyaikh menjawab......... Setiap bentuk pemberian mustika atau pusaka Agung, tidak semuanya sama, ada kalanya mereka para Ahlulloh (ahlul gaib) memberikannya sewaktu seseorang kedapatan maqom Waliyulloh/pengangkatan, maka mustika atau pusaka yang diberikan kepada sang wali tadi rata-rata bersifat siap pakai (tanpa asma kunci). Beda dengan pemberian sewaktu sedang bertaqorrub kepada Allah, biasanya mereka datang atas kecintaannya kepada hamba soleh dengan memberikan satu atau beberapa bentuk mustika atau pusaka bersifat hubungan bathin (kesaktian diri) Biasanya pemberian semacam ini akan diakhiri dengan asma' kunci.
Disini kami jelaskan tingkatan pemberian bangsa Ahlulloh secara tahapan demi tahapan.
- Mustika/ pusaka Wilayah, terbagi menjadi 4 maqomat.
1- Mustika/ pusaka Agung. disini terbagi menjadi 2 tingkatan.
- Qutub
-Derajat.
2- Maqomat (keluhuran) terbagi menjadi 2 tingkatan.
-Derajat
-Duniawiyyah
3- Wilayah Derajat (tahta, pangkat, kedudukan) terbagi menjadi 3 tingkatan.
- Duniawiyyah
-Pangkat/tahta
-Kerejekian
4- Maqomat Ilmu (keselamatan) terbagi menjadi 2 tingkatan.
-Kerejekian
-Pengobatan multifungsi
Dari ke 4 sifat mustika/ pusaka diatas, semuanya terbagi menjadi 7 tingkatan pemberian.
1- Mereka memberikan sewaktu sedang pengangkatan Waliyulloh. Maka mustika maupun pusaka, kebanyakan tidak disertai asma' kunci (cukup tawassul kepada pemberi)
2- Mereka memberikan sebagai satu ikatan bathin (penghubung atau wushul) maka kebanyakan mustika atau pusaka ini harus ada hubungan bathinnya, seperti disunnahkan bertawassul setiap malam kepada si pemilik mustika atau pusaka.
3- Mereka memberikan sewaktu bangsa Soleh/Waliyulloh sedang ditugaskan sebagai Junudulloh (mengamankan bencana). Biasanya bangsa gaib memberikan mustika atau pusaka bersifat Wilayah Derajat, sifatnya cukup kapan saja kita bertawassul kepada pemilik mustika atau pusaka, tiada masalah.
4- Mereka memberikan sewaktu usai ahli soleh atau Waliyulloh, berhasil menjalankan tugasnya, biasanya mereka memberikan disertai amalan atau asma' kunci. Sebab mereka sangat berharap bisa selalu dekat dengan bangsa manusia yang berhati suci atau bersih.
5- Mereka memberikan sewaktu ahli soleh atau waliyulloh membutuhkan satu tujuan. Seperti, bangsa Soleh atau Waliyulloh, lagi kena masalah keluarga, fitnah, maupun sifat nukson dari bangsa manusia lain, maka mereka bangsa gaib memberikannya dengan cara penebusan. Cara semacam ini keumuman ditebus dengan cara puasa maupun tirakat lainnya.
6- Mereka memberikan sewaktu bangsa Soleh atau Waliyulloh, baru saja kedapatan Derajat agung darii Allah SWT, seperti, mendapat kepercayaan untuk memangku jabatan Qutub, Athsman, Nuqoba, Nujaba, Abdal dan lainnya, biasanya mereka bangsa gaib akan memberikan mustika atau pusaka yang bersifat AGUNG. dan keumuman mereka meminta agar golongan bangsa gaib ini bisa terus di percaya untuk mendampingi atau membantu siapapun yang memiliki mustika atau pusaka tadi. Nah cara semacam ini kebanyakan paling diminati kalangan ahlul bathin. Sebab mereka akan selalu di untungkan atas bantuan bangsa gaib sampai hayat dikandung badan. Dan pastinya mustika atau pusaka semacam ini harus ditebus dengan puasa atau amalan kunci.
7- Mereka memberikannya sewaktu bangsa Soleh atau Waliyulloh sedang kepas/ tarokki/ meninggalkan sifat duniawi (jauh dari sufat dunia dan makhluk) mustika atau pusaka yang diberikan mereka cukup ditawassuli dan diarahkan dalam bentuk tujuan yang kita inginkan....
Salam hormat kami
H. Idris Nawawi.
ADAKAH SUMBER CERITA DI ATAS ? ATAU HANYA KHAYALAN PENULISNYA ?
=======================================
Artikel..................Seputar Mustika/ Pusaka Agung.
Benarkah dalam tatanan mustika/ pusaka, ada perbedaan atau tingkatannya? Lalu bagaimanakah ciri atau pembuktian bahwa Mustika/ Pusaka A, itu disebut AGUNG?.......Inilah yang membuatku pusing 7 keliling. Bahkan saya pribadi selaku Spiritualis dan bagian sosok yang biasa turun ke kancah perburuan Mustika/ Pusaka kelas Wahid, masih belum paham secara detail, "Apa itu Mustika/ Pusaka Agung?"
Disini sebagai sifat awam, saya bertanya kepada Mursyidku Assyeikh Al Alamah Habib Muhammad Husen Annawawi Assyirboni, seputar keagungan wasilah berbentuk mustika maupun pusaka dan beliau menjelaskan sebagai berikut.
Setiap alam, Allah menjadikan keagungan sifat keluhuran dan Nur, dan setiap Nur, bagian dari makanan bangsa Malaikat Langit. Wujud Nur bangsa Malaikat ini terbentuk dari amal soleh bangsa Waliyulloh, ahli Soleh, maupun golongan Ma'rifat Billah bangsa bumi dan wujud dari Nur bangsa Malaikat ini menjadi satu karomah atas ijin Allah dengan diwujudkan sebagai bentuk ihtiar. Seperti ucapan Nabi Sulaiman AS, dalam menyikapi satu Mu'jizat keagungan Ilmu Allah.
"Tiada yang lebih indah dari batu Merah Delima ini walau disejajarkan dengan alam yang begitu luas"
Dari tatanan bahasa nabi Sulaiman AS, bila tidak dihayati secara Hakikiyyah akan menimbulkan satu kerancuan dan prokontra bagi kalangan awam, sebab seolah beliau lebih mendewakan batu daripada lainnya. Namun secara wujud kenabiannya, Beliau tidak memandang batu Merah yang sudah menjadi miliknya kala itu, tapi beliau lebih menghormati kesifat amanah atas kepemilikan batu merah delima tadi. Bahwa tiada mungkin segala sesuatu yang terjadi di dunia ini tanpa sepengetahuan Allah SWT. Dan tentunya Merah delima yang dimilikinya saat itu bagian dari kepercayaan Allah, kepadanya lewat wujud Nur bangsa Malaikat Langit.
Kembali kesifat pemahaman umum. Masyaikh berkata padaku sewaktu saya bertanya padanya. "Mengapa mustika atau pusaka, ada yang memakai asma' ada pula yang tidak? apakah ada perbedaannya dalam tingkatan atau maqomat disetiap mustika atai pusaka yang ada?.. Masyaikh menjawab......... Setiap bentuk pemberian mustika atau pusaka Agung, tidak semuanya sama, ada kalanya mereka para Ahlulloh (ahlul gaib) memberikannya sewaktu seseorang kedapatan maqom Waliyulloh/pengangkatan, maka mustika atau pusaka yang diberikan kepada sang wali tadi rata-rata bersifat siap pakai (tanpa asma kunci). Beda dengan pemberian sewaktu sedang bertaqorrub kepada Allah, biasanya mereka datang atas kecintaannya kepada hamba soleh dengan memberikan satu atau beberapa bentuk mustika atau pusaka bersifat hubungan bathin (kesaktian diri) Biasanya pemberian semacam ini akan diakhiri dengan asma' kunci.
Disini kami jelaskan tingkatan pemberian bangsa Ahlulloh secara tahapan demi tahapan.
- Mustika/ pusaka Wilayah, terbagi menjadi 4 maqomat.
1- Mustika/ pusaka Agung. disini terbagi menjadi 2 tingkatan.
- Qutub
-Derajat.
2- Maqomat (keluhuran) terbagi menjadi 2 tingkatan.
-Derajat
-Duniawiyyah
3- Wilayah Derajat (tahta, pangkat, kedudukan) terbagi menjadi 3 tingkatan.
- Duniawiyyah
-Pangkat/tahta
-Kerejekian
4- Maqomat Ilmu (keselamatan) terbagi menjadi 2 tingkatan.
-Kerejekian
-Pengobatan multifungsi
Dari ke 4 sifat mustika/ pusaka diatas, semuanya terbagi menjadi 7 tingkatan pemberian.
1- Mereka memberikan sewaktu sedang pengangkatan Waliyulloh. Maka mustika maupun pusaka, kebanyakan tidak disertai asma' kunci (cukup tawassul kepada pemberi)
2- Mereka memberikan sebagai satu ikatan bathin (penghubung atau wushul) maka kebanyakan mustika atau pusaka ini harus ada hubungan bathinnya, seperti disunnahkan bertawassul setiap malam kepada si pemilik mustika atau pusaka.
3- Mereka memberikan sewaktu bangsa Soleh/Waliyulloh sedang ditugaskan sebagai Junudulloh (mengamankan bencana). Biasanya bangsa gaib memberikan mustika atau pusaka bersifat Wilayah Derajat, sifatnya cukup kapan saja kita bertawassul kepada pemilik mustika atau pusaka, tiada masalah.
4- Mereka memberikan sewaktu usai ahli soleh atau Waliyulloh, berhasil menjalankan tugasnya, biasanya mereka memberikan disertai amalan atau asma' kunci. Sebab mereka sangat berharap bisa selalu dekat dengan bangsa manusia yang berhati suci atau bersih.
5- Mereka memberikan sewaktu ahli soleh atau waliyulloh membutuhkan satu tujuan. Seperti, bangsa Soleh atau Waliyulloh, lagi kena masalah keluarga, fitnah, maupun sifat nukson dari bangsa manusia lain, maka mereka bangsa gaib memberikannya dengan cara penebusan. Cara semacam ini keumuman ditebus dengan cara puasa maupun tirakat lainnya.
6- Mereka memberikan sewaktu bangsa Soleh atau Waliyulloh, baru saja kedapatan Derajat agung darii Allah SWT, seperti, mendapat kepercayaan untuk memangku jabatan Qutub, Athsman, Nuqoba, Nujaba, Abdal dan lainnya, biasanya mereka bangsa gaib akan memberikan mustika atau pusaka yang bersifat AGUNG. dan keumuman mereka meminta agar golongan bangsa gaib ini bisa terus di percaya untuk mendampingi atau membantu siapapun yang memiliki mustika atau pusaka tadi. Nah cara semacam ini kebanyakan paling diminati kalangan ahlul bathin. Sebab mereka akan selalu di untungkan atas bantuan bangsa gaib sampai hayat dikandung badan. Dan pastinya mustika atau pusaka semacam ini harus ditebus dengan puasa atau amalan kunci.
7- Mereka memberikannya sewaktu bangsa Soleh atau Waliyulloh sedang kepas/ tarokki/ meninggalkan sifat duniawi (jauh dari sufat dunia dan makhluk) mustika atau pusaka yang diberikan mereka cukup ditawassuli dan diarahkan dalam bentuk tujuan yang kita inginkan....
Salam hormat kami
H. Idris Nawawi.
ADAKAH SUMBER CERITA DI ATAS ? ATAU HANYA KHAYALAN PENULISNYA ?
http://artikeldanajaranidrisnawawijamij.blogspot.com/2014/06/pimpinan-ponpes-idris-nawawi-jamij.html
http://artikeldanajaranidrisnawawijamij.blogspot.com/2014/06/lelang-penipuan-jimat-idris-nawawi.html
http://artikeldanajaranidrisnawawijamij.blogspot.com/2014/06/perjalanan-antara-jamij-dan-santri.html
http://artikeldanajaranidrisnawawijamij.blogspot.com/2014/06/batsul-matsail-tanya-jawab-seputar.html
http://artikeldanajaranidrisnawawijamij.blogspot.com/2014/06/batsul-matsail-tanya-jawab-seputar.html
http://artikeldanajaranidrisnawawijamij.blogspot.com/2014/06/jubah-kebesaran-berthorekot-adalah.html
http://artikeldanajaranidrisnawawijamij.blogspot.com/2014/06/makna-ketasliman-dalam-berthorekot.html
http://artikeldanajaranidrisnawawijamij.blogspot.com/2014/06/hadzaz-zamanus-sukut-walumul-buyut.html
http://artikeldanajaranidrisnawawijamij.blogspot.com/2014/06/addunya-mar-atun-walmar-atud-dunia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar